Ilmu VS Nilai
Mungkin 2 kata tersebut sudah sering di bahas dan di tulis dalam artikel surat kabar.
Kita yang pernah bersekolah tentu pernah mendapatkan nilai. Baik dijenjang SD, SMP, SMA dan bahkan perguruan tinggi. Dimana nilai tersebut akan tercantum di Raport hasil pembelajaran kita selama satu semester, yang pada masa saya SD pada saat tersebut masih menggunakan sistem cawu.
Nilai yang tercantum di raport tersebut terdapat dari berbagai aspek penilaian, baik itu dari ulangan harian, kuis, tugas, praktek, prakarya dan ulangan semester.
Konsekuensi yang kita dapatkan ketika kita tidak mendapat nilai yang baik pada saat pembagian raport adalah kita mendapat nilai yang tidak tuntas atau yang biasa disebut mendapatkan nilai merah karna tidak memenuhi KKM ( kriteria ketuntasan minimal ).
Perjuangan kita untuk meraih nilai yang bagus di setiap semesternya pasti butuh perjuangan dan usaha yang tidak mudah, ada yang mendapatkan nilai tersebut dengan susah payah namun jujur, akan tetapi juga ada yang mendapatkannya dengan cara yang tidak jujur, seperti menyontek dan sebagainya disetiap Jenjang pendidikan, tentu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda beda dalam memperoleh nilai, semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, semakin berat pula kriteria yang harus dipenuhi oleh tiap tiap individu, dan kemampuan tiap individu yang berbeda menyebabkan berbeda pula nilai yang akan diperoleh.
Nilai, seolah sebuah kata yang sangat penting dan kuat dalam menilai tingkat intelektual seseorang , dimana ketika seseorang memiliki nilai yang baik, ada sebuah Paradigma yang telah terbentuk di masyarakat pada umumnya yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tersebut memiliki tingkat intelektual yang tinggi, memang benar, variabel nilai dalam hasil pembelajaran tersebut bisa menjadi gambaran jelas tingkat intelektual seseorang, akan tetapi kenyataan nya juga tidak seratus persen benar demikian, dimana sudah menjadi rahasia umum dan mungkin kita pernah juga tahu dan berinteraksi langsung dengan kecurangan kecurangan yang terjadi ketika saat kita ujian.
Kita yang pernah bersekolah tentu pernah mendapatkan nilai. Baik dijenjang SD, SMP, SMA dan bahkan perguruan tinggi. Dimana nilai tersebut akan tercantum di Raport hasil pembelajaran kita selama satu semester, yang pada masa saya SD pada saat tersebut masih menggunakan sistem cawu.
Nilai yang tercantum di raport tersebut terdapat dari berbagai aspek penilaian, baik itu dari ulangan harian, kuis, tugas, praktek, prakarya dan ulangan semester.
Konsekuensi yang kita dapatkan ketika kita tidak mendapat nilai yang baik pada saat pembagian raport adalah kita mendapat nilai yang tidak tuntas atau yang biasa disebut mendapatkan nilai merah karna tidak memenuhi KKM ( kriteria ketuntasan minimal ).
Perjuangan kita untuk meraih nilai yang bagus di setiap semesternya pasti butuh perjuangan dan usaha yang tidak mudah, ada yang mendapatkan nilai tersebut dengan susah payah namun jujur, akan tetapi juga ada yang mendapatkannya dengan cara yang tidak jujur, seperti menyontek dan sebagainya disetiap Jenjang pendidikan, tentu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda beda dalam memperoleh nilai, semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, semakin berat pula kriteria yang harus dipenuhi oleh tiap tiap individu, dan kemampuan tiap individu yang berbeda menyebabkan berbeda pula nilai yang akan diperoleh.
Nilai, seolah sebuah kata yang sangat penting dan kuat dalam menilai tingkat intelektual seseorang , dimana ketika seseorang memiliki nilai yang baik, ada sebuah Paradigma yang telah terbentuk di masyarakat pada umumnya yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tersebut memiliki tingkat intelektual yang tinggi, memang benar, variabel nilai dalam hasil pembelajaran tersebut bisa menjadi gambaran jelas tingkat intelektual seseorang, akan tetapi kenyataan nya juga tidak seratus persen benar demikian, dimana sudah menjadi rahasia umum dan mungkin kita pernah juga tahu dan berinteraksi langsung dengan kecurangan kecurangan yang terjadi ketika saat kita ujian.
Pertanyaan yang penting adalah, apakah jenjang pendidikan tersebut hanyalah mementingkan nilai sebagai aspek penilaian yang paling otentik dari tingkat intelektual seseorang ?
mungkin sekarang telah terbit kurikulum yang baru yang telah menaruh beberapa aspek lain dalam proses penilaian seseorang dalam proses belajar mengajar.
mungkin sekarang telah terbit kurikulum yang baru yang telah menaruh beberapa aspek lain dalam proses penilaian seseorang dalam proses belajar mengajar.
Seberapa pentingkah Ilmu dibandingkan dengan Nilai ?
mungkin jikalau nilai dapat dilihat oleh kacamata masyarakat sebagai suatu hal yang penting, akan tetapi dibalik itu semua, kemampuan memiliki Ilmu, saya rasa sesuatu yang lebih penting dibandingkan dengan raport dan transkrip nilai dimana tertulis nilai nilai dalam bentuk angka dan huruf.
Jadi kita semua tentu paham dan mengerti betapa pentingnnya penguasaan Ilmu dalam berkarya bekerja dan berkreatifitas, ilmu menjadi amunisi kita untuk mengarungi laut kehidupan yang semakin hari semakin keras, dimana semakin hari semakin bertambah ketatnya persaingan. Jangan mau menjadi yang biasa biasa saja dan standar, jadilah orang yang luar biasa dan mempunyai nilai lebih dibanding dengan yang lain, agar kita dapat menjadi Good Kompetitor.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/
No comments:
Post a Comment